Next

Rabu, 20 Juli 2011

Pancasila Pernah Keok

SURABAYA | SURYA Online - Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KHA Hasyim Muzadi menegaskan Pancasila merupakan ideologi yang diakui dunia, tetapi praktiknya pernah dibelokkan ke kiri, kanan, lalu tidak berbelok kemana-mana atau mati.

“Di era Orde lama, Pancasila keok, karena terlalu ke kiri, lalu di era Orde baru justru terlalu ke kanan, dan di era Orde Reformasi justru jalan di tempat karena tidak berbelok kemana-mana atau mati,” katanya dalam seminar nasional di gedung Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, Sabtu (18/6/2011).

Menurut mantan Ketua Umum PB NU itu, Pancasila di era Orde Reformasi justru disalahkan, karena Pancasila dianggap sebagai biang kesalahan yang ada, dan Pancasila dianggap tidak mampu memberikan jawaban sama sekali.

“Padahal, apa yang terjadi itu akibat dari kita yang tidak ‘manut’ (patuh) kepada Pancasila, sehingga terjadi keuangan yang maha kuasa, kemanusiaan yang tidak beradab, persatuan yang tidak ada lagi, kepemimpinan yang jalan sendiri tanpa peduli nasib rakyat, serta keadilan sosial, ekonomi, dan hukum yang mirip jauh panggang dari api,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam di Malang dan Depok itu mengatakan banyak ulama besar di dunia mengakui kebenaran ulama Indonesia memilih konsep “negara-bangsa” dengan Pancasila sebagai dasar negara.

“Banyak ulama besar di dunia yang membenarkan ulama Indonesia dalam memilih konsep negara bangsa, karena kalau di suatu negara itu ada lebih dari satu agama, maka konsep yang benar adalah ‘Dzimmiatul Islam’. Jadi, NU lebih maju dari orang lain, bahkan di dunia,” katanya.

Ia menilai Pancasila merupakan ideologi pemersatu dan pembeda. Pancasila merupakan pemersatu bagi negara dengan multiagama, sedangkan Pancasila sebagai pembeda merupakan ideologi yang tidak sekuler dan tidak agamis.

“Pancasila yang tidak memilih negara sekuler dan negara agama, melainkan negara bangsa, itu bukan berarti meniadakan agama, tetapi agama yang diadopsi bukanlah tekstual, melainkan nilai-nilai agama. Misalnya, Undang-undang Antikorupsi itu sangat agamis,” katanya.

Jumat, 15 Juli 2011

sanreefam: PELAMPUNG MANCING BARONANG

sanreefam: PELAMPUNG MANCING BARONANG: "Salam sejahtera buat baronang mania se jagad raya... pada kesempatan ini saya akan mengulas sedikit tentang pelampung/umbul buat mancing b..."

Rabu, 08 Juni 2011

Hisap Payudara untuk Cegah Kanker



PAYUDARA bagi seorang wanita, merupakan sebuah bagian dari tubuh yang sangat pribadi. Jelas seorang wanita akan menjadi sangat marah, dan melaporkan Anda ke Polisi, jika tanpa alasan yang jelas Anda menyentuh payudara mereka. Tapi tampaknya para wanita itu harus berpikir ulang setelah membaca berita dibawah ini.
Kanker payudara merupakan momok yang menakutkan bagi para wanita diseluruh dunia. Sebuah berita kesehatan yang dikutip BBC disebutkan, jika ternyata para wanita membutuhkan peran aktif para lelaki untuk mencegah kanker tersebut menjangkit mereka. Bagaimana bisa?

Dilansir dari halaman BBC, yang mengutip anjuran Departemen Kesehatan Inggris dengan tema "Melawan Kanker Payudara" para dokter menyarankan, payudara seorang wanita yang dihisap secara teratur akan sangat bagus untuk mengurangi risiko terhindar kanker payudara. Berikut ini lampiran kalimat yang menghibur bagi para lelaki tersebut.
"Pengisapan payudara secara teratur akan menurunkan tingkat risiko yang cenderung menyebabkan berkembangnya kanker payudara," katanya.
Payudara yang disedot secara teratur dan sesering mungkin akan melawan pertumbuhan kanker pada seorang wanita. Bagi para wanita waspadailah pasangan Anda begitu usai membaca berita ini. Bagaimana tidak, mereka pasti akan menjadi lebih "nakal" daripada biasanya pada Anda.
Tetapi sebaliknya, apabila mereka adalah pasangan sah Anda, Anda dapat memanfaatkan cara tersebut menjadi sebuah terapi kesehatan yang menyenangkan bagi Anda dan pasangan. Ceritakanlah perihal artikel ini dan keinginan Anda terhindar dari ganasnya kanker payudara dengan jujur dan apa adanya.

Selasa, 18 Januari 2011

Jadi Entrepreneur atau Jadi Kulinya Entrepreneur ?

Ho'oh anak-anak sekarang memang beda, lebih berani...
Jaman saya lulus dulu juga ada beberapa, tapi tidak sebanyak sekarang. Generasi 2000-an ke atas ini memang lebih hebat-hebat, lebih kreatif dan berani, bikin ortu ketar-ketir pastinya.

http://www.rendymaulana.com/archives/2007/04/14/jadi-entrepreneur-atau-jadi-kulinya-entrepreneur/

Jadi Entrepreneur, atau Jadi Kulinya Entrepreneur ?
Akhir-akhir ini pertanyaan senada ini banyak sekali didengungkan oleh teman-teman saya di milis internal SBM, intinya satu, mereka mengalami kegalauan dalam menemukan tujuan hidup, apakah akan menjadi entrepreneur, apakah akan jadi kuli dari entrepreneur yang sudah ada ?
Masalahnya, di SBM sendiri ada dua kubu dan dua kepentingan yang cukup kuat diluar kubu dan kepentingan lain, disatu sisi harus bisa menciptakan pekerja yang bisa mengerjakan pekerjaan bisnis administratif (jadi kalo ngelamar kerja di perusahaan bisa mengerjakan pekerjaannya dan ngga malu-maluin), disatu sisi juga harus bisa menciptakan entrepreneur yang cukup handal, sementara kubu entrepreneur agak sulit berkomunikasi dengan kubu pekerja yang notabenenya adalah anak-anak yang pintar serta dosen-dosen yang betul betul ngelotok dengan bidang keilmuannya (kebanyakan yang rajin dan jago berhubungan dengan angka dan memiliki IP (indeks prestasi) cukup tinggi), karena yang memiliki cita rasa entrepreneurship ini memiliki kesan orang yang pengangguran serta urakan dan tidak memiliki masa depan yang pasti!
ITU ADALAH PEMIKIRAN YANG SALAH TENTANG ENTREPRENEUR!
Mengapa demikian ? Entrepreneur adalah orang yang pandai melihat peluang, dan itu adalah pasti, tidak mungkin dia menawarkan sesuatu produk jika kliennya sedang bermasalah, mayoritas adalah salesman yang baik, meski tidak semua, tetapi justru mayoritas entrepreneur yang baik yang sering saya temui, kebanyakan bermain aman, dalam arti tidak mau menawarkan sesuatu yang ia tidak bisa sanggupi kepada kliennya, dan ketika hal itu tidak bisa ia sanggupi karena diluar kemampuannya, ia akan meminta maaf dan menggantinya dengan hal lain yang bisa ia perbuat, bukan malah kabur dan tidak bertanggung jawab.
Saya sendiri lebih suka untuk dikenal oleh orang lain sebagai Entrepreneur (meski wannabe), bukan sebagai mahasiswa, mohon maaf, karena agak malu dengan citra mahasiswa yang sekarang lebih cenderung negatif (tukang demo) dan pemalas (ngga rajin kerja, belajar doang). Full Time Entrepreneur istilahnya, dan Part Time Blogger, keduanya adalah pekerjaan saya, mahasiswa ? oh, saya hanya numpang kuliah saja mengisi waktu luang, sekalian mencari rekanan bisnis dan juga teori yang bisa disesuaikan dengan kehidupan nyata dan bisnis… (kebanyakan dari teori tidak bisa diterapkan)
Mengapa demikian kekeuhnya saya Ingin menjadi Entrepreneur ? perhatikan skema berikut :
Jika anda adalah seorang yang baru lulus kuliah (kurang lebih usia disekitar 20-24 tahun), berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membeli sebuah mobil Honda Jazz ?
Anda melamar sebuah pekerjaan di kantor yang bergengsi, masuk jam 7 pagi sedang rumah anda berjarak 30 km dari tempat kerja anda, tentunya anda harus bangun pagi pagi sekali agar tidak terlambat, karena jika terlambat anda akan dipotong gajinya, dan anda baru bisa pulang malam karena harus lembur untuk mendapatkan uang tambahan.
Anggap anda memiliki penghasilan 3 juta per bulan, tinggal di Bandung, dikurangi pengeluaran (kosan, rokok, makan, pacaran, komunikasi, ongkos, dll) anda bisa memiliki tabungan sebesar Rp.800.000 per bulan, tentunya harus memikirkan biaya untuk pernikahan (jika belum menikah) dan asumsi ini merupakan asumsi bagi anda yang masih single, bagaimana jika anda sudah berkeluarga ?
sedang harga honda Jazz patoklah Rp.157.000.000 (kalo ngga salah) berapa tahun lagi anda baru mendapatkan benda ini ? silakan bagi sendiri,
kenyataannya untuk mendapatkan gaji 3 juta sebulan di Bandung bagi fresh graduate itu bukanlah hal yang mudah, anda harus bersaing bersama ribuan pengangguran lainnya untuk mendapatkan pekerjaan itu, dan juga harus bekerja dibawah tekanan dan hidup yang tidak sehat, ujung-ujungnya biaya yang dikeluarkan oleh anda untuk berobat dirumah sakit, akan menghabiskan tabungan yang selama ini anda pegang. Belum lagi ada risiko pengurangan pegawai, dimana ketika anda sakit dan masuk rumah sakit, anda bisa saja dikeluarkan karena kelamaan tidak masuk kerja / kerja anda kurang produktif, selain itu juga perusahaan tidak memerlukan anda lagi karena umur anda sudah tua dan tidak kreatif lagi..
Belum lagi jika anda sudah berkeluarga, dan memiliki anak yang hendak punya motor / mobil,
Ujung-ujungnya demi beli Honda Jazz, anda jadi korupsi, entah itu waktu anda bekerja di kantor, maupun finansial kantor (naudzubillahimindzalik)
hmmm menyakitkan bukan ? ketika muda terlena oleh pekerjaan dan diiming imingi pensiun yang besar, tahunya di jalan diputuskan orang lain, itu karena nasib anda ditentukan oleh Boss, bukan oleh diri anda sendiri.
Perbedaan lain ketika menjadi Entrepreneur, terlihat sedikit pengangguran, penghasilan anda ditentukan oleh kompetensi dan kemampuan anda sendiri, terutama kemampuan untuk memanage dan mencari peluang, serta berkomunikasi menawarkan barang dagangan anda keorang lain. Jam kerja Entrepreneur terkadang tidak menentu, terkadang bisa lebih gila lagi daripada karyawan, tetapi tidak di push oleh atasan melainkan oleh tuntutan dirinya sendiri.
Jadi Entrepreneur cukup menjanjikan dibanding mencari pekerjaan, karena bisa dimulai dari modal yang tidak terlalu besar, dan juga waktu yang tidak terbatas, kapanpun ketika anda di PHK sekalipun, anda bisa menjadi entrepreneur, satu satunya modal yang harus anda kuat miliki adalah KEMAUAN, baru kemudian rekanan dan juga keuangan.
Jika anda sadar, ada gabungan diantara keduanya, yakni Partnership, seseorang bisa menjadi Entrepreneur, dan juga bisa menjadi Karyawan, contohnya, jika anda memiliki ide bisnis tetapi tidak memiliki modal untuk menjalankannya, anda bisa menjual ide bisnis tersebut kepada orang lain yang memiliki modal, ini namanya sistem investasi, atau anda bisa mencari pekerjaan paruh waktu selagi anda menjalankan usaha anda, untuk menambah modal finansial. Pekerjaan paruh waktu ini bisa berupa konsultan, blogger, atau mengerjakan proyek proyek yang kecil kecilan.
Saya rasa, tidak ada alasan untuk seorang dosen untuk tidak menjadi Entrepreneur, waktu yang dia miliki bisa ia pilih, antara untuk riset, proyekan, mengajar, buat usaha, atau untuk keluarga dan masyarakat, dan juga untuk seorang yang baru lulus kuliah untuk menjadi entrepreneur, karena seharusnya sewaktu kuliah ia memiliki banyak teman yang mungkin bisa diajak bekerja sama olehnya membangun kerajaan bisnis.
Untuk menjadi Entrepreneur, perlu dukungan yang amat sangat kuat, mulai dari keluarga, pacar, teman, orang tua, bahkan sampai dukungan dari pihak kemanan, jika ada teman / saudara anda yang hendak menjadi pengusaha, dimohon untuk mendukungnya 100% karena ini berkaitan dengan masa depan dan juga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Untuk teman-teman yang masih menjadi pengangguran, saran saya marilah buka usaha, menjadi entrepreneur, dan kurangilah jumlah pengangguran di Indonesia…
Kalau kata Ijal & Mimin, Jadi entrepreneur mungkin sulit dimengerti, tidak apa apa, yang penting rekening korannya toh :)
Untuk Astrid, Feiral, Luthfi, Dharma, dll, semoga tulisan ini bisa menjadi pencerahan, Thanks to Pak JH, BPI, DL, yang udah kasih masukan di milis, serta temen-temen yang udah ngedukung, dan juga buat orang-orang yang menjadi cerminan hidup saya dan sudah memberi pencerahan untuk saya baik dimasa lalu, hari ini, dan mendatang…
Jika anda lulus kuliah dan langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergengsi, berarti anda maju 5 langkah dari orang lain yang baru lulus kuliah, sedangkan jika anda sewaktu kuliah sudah membangun perusahaan anda sendiri, entah itu bergengsi atau tidak dan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, itu sudah maju 100 langkah dari orang yang maju 5 langkah tadi.
Ohya, Blogger merupakan pekerjaan yang amat menjanjikan, kenapa ? tunggu tanggal mainnya :)
PS : Jika anda adalah seorang entrepreneur, dan ada yang bertanya kepada anda, siapa boss anda, sebaiknya anda menjawab, Tuhan-lah Boss saya sebenarnya, ia menggaji saya dengan kehidupan :)

Senin, 03 Januari 2011

Butuh Keberanian Untuk Takut Pada Istri

Takut istri itu terasa seperti aib besar, sangat tidak pria, memalukan, bukti kelemahan dan sebagainya. Lantas apakah meremehkan istri itu prestasi agung, sangat pria, membanggakan, bukti kekuatan dan semacamnya?

Bukankah bisa saja, suami yang takut pada istrinya, adalah suami yang takut merusak pernikahannya, adalah ayah yang takut merampas hak anak-anaknya untuk dibesarkan dalam keluarga yang utuh dan tidak senantiasa rusuh bergemuruh?

Bukankah bisa saja, mereka justru pria sesungguhnya pria, yang mengerti bahwa perempuan itu lebih "fragile", lebih mudah terluka, sehingga harus lebih berhati-hati "menanganinya?"

Juga,apa yang hendak dibuktikan para suami, dengan menunjukkan betapa dia sama sekali tak takut kepada istrinya, dan justru istrinya yang ketakutan setengah mati padanya? "Gua melotot aja, bini gua langsung keder, huahahaha!" Hebat gitu, bisa nakut-nakuti perempuan, dengan tatapan, bentakan atau bahkan pukulan? Dulu, mungkin.
Tapi sekarang sih, yang hebat itu seperti Manny Pacquiao, yang bisa membuat lawan-lawannya, pria-pria yang sangat terlatih, kuat, dan bertubuh lebih besar, ketakutan dan hanya bisa berlari-lari menghindar di atas ring.

Istri adalah inti keluarga. Menghormatinya adalah menghormati keluarga, takut membuatnya marah adalah takut membuat keluarga bermasalah.

Tapi cukup dihormati dong, tidak usah ditakuti.

Rasa hormat tak mungkin sungguh-sungguh ada tanpa rasa takut di dalamnya. Tapi takut bukanlah tunduk. Emangnya takut sama kecoa sama dengan tunduk kepada kecoa? (Eh, kayaknya ini komparasi yang kurang tepat deh). Jadi, itu lebih kepada keengganan untuk membuat masalah dengannya. Sejauh keinginannya bisa dituruti, apalagi alasannya bisa diterima, ya dituruti. Selama "larangannya" pantas diikuti, apalagi seringkali itu untuk kebaikan si suami sendiri, ya diusahakan diikuti.

Mengapa? Karena jika dia senang, dia akan menjadi lebih baik dalam banyak hal; ibu yang lebih baik untuk anak-anak, istri yang lebih baik bagi suami, bahkan menantu yang lebih baik bagi mertuanya. Anaknya adalah anakmu, suaminya adalah dirimu, mertuanya adalah Mbapakmu! Membuatnya bahagia tak lain adalah membahagiakan dirimu sendiri...

Bukankah dengan begitu istri akan ngelunjak, menjadi sok berkuasa? Mungkin dalam satu dua kasus itu terjadi, tetapi umumnya tidak. (Kayaknya sih...)

Justru karena suami yakin seorang istri dikodratkan "mengikut" suaminya, dia yakin, hanya dengan memberinya lebih banyak otoritas, penghormatan, dan "kepatuhan" dia tidak akan serta merta menjadi penguasa.

Mereka yakin, hati seorang wanita "didesain" untuk mengikut, turut, hormat, patuh dan setia kepada pria yang dicintainya. Tentu saja, selama pria itu memang membuat dirinya pantas diikuti, dituruti, dihormati, dipatuhi, dan disetiai.

Saya sendiri, sedang berusaha dan belajar untuk lebih takut kepadanya, apalagi setelah ibu saya, wanita yang paling saya hormati semakin tua, tidak berdaya, dan anak perempuanku, wanita yang harus kujaga sekuat jiwa raga, sudah dan akan terus tumbuh mendewasa.

Tak perlu malu takut dan "tunduk" sama istri. Daripada yang takut dan tunduk sama selingkuhan?