Next

Senin, 08 Maret 2010

UNTUNG ADA ASURANSI



Refleksi dari Rentetan Bencana Alam di Indonesia


Tidak semua orang yang kena musibah hidupnya lantas berakhir. Sebab, sebab bagi yang berasuransi, dia akan mendapatkan polis asuransi atas kerugian yang ditanggung. Rangkaian musibah yang terjadi seharusnya membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya asuransi.

Bencana alam semakin raji mengunjungi negeri ini. Simak saja kalender 2009 yang dipenuhi musibah akibat bencana alam. Awal tahun, banjir tak terbendung. Pada Januari-Pebruari guyuran hujan dan luapan Sungai Bengawan Solo mrendam lebih dari 20.000 rumah dan ratusan hektar sawah serta merenggut beberapa korban jiwa di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bulan Berikutnya, Maret 2009, jebolnya tanggul Situ Gintung di Tangerang menjadi tragedi yang memilukan karena menewaskan lebih 100 jiwa. Belum lagi kerugia berupa harta benda, berupa rumah dan kendaraan bermotor. Kemudian, pada awal September lalu, gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter (SR) mengguncang Tasikmalaya dan Garut. Selain menghilangkan nyawa sebanyak 53 orang, gempa tersebut juga mnghancurkan 97 rumah serta merusak 32.293 rumah dan 671 fasilitas umum.

Pada penghujung bulan yang sama, Padang di Sumatra Barat (Sumbar) diguncang gempa berkekuatan 7,6 SR. Dalamsekejab, gempa dahsyat itu mengubah Padang menjadi kota mati yang dipenuhi dengan puing-puing kehancuran. Tercatat lebih dari 1.115 orang korban meninggal, 1.214 orang luka berat, 1.688 orang luka ringan dan 1 orang dinyatakan hilang.

Secara materiil, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat, ribuan rumah penduduk hancur termasuk gedung sekolah dan rumah peribadatan. Belasanhotel mewah ikut runtuh. Bahkan HotelAmbacang yang ambruk mengubur ratusan tamunya. Kerugian materiil akibat gempa di Sumbar diperkirakan lebih Rp.10 trilyun. Nasib pemilik polis tentu lebih baik.Setidaknya mereka mendapat uang pertanggungan, kendati harta bendanya hancur ataupun anggota keluarganya meninggal. Sedangkan orang-orang yang tidak memiliki asuransi terpaksa bergantung pada uluran tangan para dermawan.

Serangkaian musibah ini hendaknya dapat memupuk kesadaran kita akan pentingnya skema proteksi asuransi di Indonesia yang memang rawan bencana alam. Apalagi risiko tidak hanya brasal dari bencana, tapi juga ditemukan pada aktivitas sehari-hari seiring dengan kian kompleksnya kehidupan di era modern ini.Risiko penyakit dankecelakaan makin menganga mengikuti mobilitas manusia yang makin kencang, teutama di perkotaan.

Nyatanya jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia masih rendah atau baru sekitar 10% dari jumlah penduduk yang 230 juta jiwa. Bahkan jika menghitug pemegang polis berdasarkan orang yang berasuransi atas kehendaknya sendiri (individu), jumlahnya lebih kecil lagi. Artinya hanya sebagian kecil masyarakat yang bicara ”untung ada asuransi” ketika musibah datang. Sementara itu, sebagian besar menghadapi musibah keuangan. Semoga rentetan musibah di negeri ini ikut membangunkan kesadaran untuk berasuransi.

Tidak ada komentar: